Senin, 18 Mei 2009

KEMAJUAN DAULAH ABBASIAH



KEMAJUAN DAULAH ABBASIAH
Dasep Hanan Mubarok*
_________________________________

Abstract

‘Daulah Abbasiyah’ was the top of Islamic civilization, was established in 132 hijriya/750 AD and centered in Baghdad. In this time, the Islamic civilization got glory, magnificence and advance in various fields. The golden ages of ‘Daulah Abbasitah’ was gotten when was led by Harun al-Rasyid. The indication of the golden ages can be seen from its advance in various sciences and technology, either in politics of governmence, economy (by building ‘bait al-maal’), educational fields (by the establishment of of Bait al-Hikmah and Dar ‘Ulum, and in the fieldd of arts and culture.


Keyword: Daulah, Islamics ages, and Harus al-Rasyid. Harun al-Rasyid.


A. PENDAHULUAN
Untuk menelusuri, memahami dan menginterpretasi-kan sejarah, dapat dilihat dari dua sisi bangunan makna yaitu : sisi bangunan makna luar (ekstrinsik) dan sisi bangunan makna dalam (intrinsik). Yang dimaksud dengan sejarah dari bangunan sisi luarnya adalah bahwa sejarah itu tidak lebih dari rekaman peristiwa/kejadian masa lampau pada diri individu dan masyarakat, baik dalam aspek politik, sosial, ekonomi, maupun budaya dan agama. Sedangkan yang dimaksud dari sisi bangunan dalamnya adalah sejarah merupakan penalaran kritis dan usaha yang cermat untuk mencari kebenaran, suatu penjelasan yang cerdas tentang sebab-sebab dan asal-usul segala sesuatu, suatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana dan mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi.
Selanjutnya Ibnu Khaldun berpendapat, bahwa sejarah mempunyai tujuan praktis, yaitu untuk menangkap isyarat-isyarat yang dipantulkan i’bar (contoh moral) dalam kejadian sejarah.
Dalam sisi bangunan makna intrinsik sejarah, terdapat sebuah kaidah sebab akibat (kausalitas). Maka demikian pulalah keadaannya dengan keruntuhan Daulah Umayyah dan bangkitnya Daulah Abbasiyyah.
Dalam menelusuri sejarah Daulah Abbasiyah, dari sisi bangunan makna ekstrinsik dan bangunan makna intrinsiknya selama Daulah ini memegang tampuk pemerintahan yang dimulai sejak tahun 132 – 655 H/749-1259 M., tidak akan cukup, kalau hanya dituangkan dalam tulisan ini. Maka penulis membatasi pembahasan ini hanya pada kemajuan peradaban yang dicapainya.

B. KEMAJUAN PERADABAN DAULAH ABBASIYAH
Berdasarkan literatur yang ada, masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam. Pada masa ini, kedaulatan kaum Muslimin telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan atau kekuasaan. Pada masa daulah ini pula telah lahir berbagai ilmu Islam dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Istana para Khalifah menjadi medannya para penyair, ulama dan sarjana. Daulah Abbasiyah mempunyai kedaulatan atas dunia Islam, pada saat Eropa tenggelam dalam kebodohan .
Pada saat itu Timur sedang berada dalam periode kebangkitan pikiran dimana Islam menghembuskan semangat ini. Maka bangkitlah Persia, Turki, India, bahkan penduduk China dan Jepang turut bangkit kebudayaannya di masa Daulah ini. Daulah Abbasiyah berpusat di Baghdad, lima setengah abad lamanya, yaitu sejak berdirinya tahun 132 H/750 M sampai jatuhnya ke tangan Hulagu pada tahun 656 H/260 M.
Tingkat kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun al-Rasyid. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat tak tertandingi. Al-Ma’mundalam hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan dengan menerjemahkan buku-buku Yunani .
Berikut beberapa kemajuan Daulah Bani Abasiah.
C. Bidang-bidang kemajuan Daulah Bani Abasiah
I. Bidang Politik dan Pemerintahan
Daulah Abbasiyah mewarisi wilayah kekuasaan yang telah ditaklukkan para pendahulunya, baik oleh Daulah Umayyah maupun Khulafâ al-Rašidûn. Hanya saja, pada pemerintahan Daulah Abbasiyah ini wilayah kekuasaannya tidak seluas kekuasaan Umayyah, karena adanya berbagai kekuasaan yang berdiri sendiri, tidak mengakui kekuasaan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, seperti Daulah Umayyah di Spanyol, Fatimiyah di Afrika Utara yang berpusat di Mesir, dan Qaramittah di Jazirah Arab.
Walaupun demikian, Daulah Abbasiyah mengalami kemajuan dalam bidang politik, dan pemerintahan. Adapun politik para khalifah Abbasiyah antara lain :
1. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab Murni sementara para menteri, para gubernur, panglima dan pegawai lainnya diangkat dari golongan mawali keturunan Persia.
2. Kota Baghdad adalah sebagai kota negara terbuka bagi semua Bangsa (kota internasional) menjadi pusat kegiatan dalam semua aspek kehidupan, kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
3. Para Khalifah dan pembesar lainnya pada umumnya memandang penting dan mulia terhadap ilmu pengetahuan serta mendorong dan membuka seluas-luasnya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
4. “Kebebasan” dihormati, dijunjung tinggi, dan dijamin serta diakui sepenuhnya.
5. Para mawali diberi hak sepenuhnya dalam menjalankan roda pemerintahan.
Sementara itu, kemajuan dalam pengelolaan di bidang pemerintahan mengalami kemajuan, negara dipimpin oleh kepala negara yang bergelar Khalifah, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan pemerintahan negara, ditetapkan suatu jabatan yang bernama wizarat dan pemangkunya wazir (Perdana Menteri).
Pada zaman Daulah Abbasiyah, terdapat dua macam wizarat, yaitu :
1. Wizarat Tanfiz, dimana wazirnya hanya sebagai pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah (Presidentil Kabinet).
2. Wizarat Tafwiì, di mana wazirnya diberi kekuasaan penuh untuk memimpin pemerintahan, sedangkan Khalifah hanya sebagai lambang saja (Parlementer Kabinet).
Untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah diwan yang bernama diwan al-Kitabah (Sekretariat Negara) yang dipimpin oleh Raisul Kitab (Sekretaris Negara) dan dibantu oleh beberapa sekretaris.
a. Katib al-Rasail (Sekjen Urusan Persuratan)
b. Khatib al-Kharraj (Sekjen Urusan Keuangan)
c. Katib al-Jund (Sekjen Urusan Tentara)
d. Katib al-Syurthah (Sekjen Kepolisian)
e. Katib al-Qadha (Sekretaris Urusan Kehakiman).
Dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu oleh beberapa Rais al-Diwan (Menteri Departemen), disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain:
a. Diwan al-Óarraj (Departemen Keuangan)
b. Diwan al-Diyah (Departemen Kehakiman)
c. Diwan al-Zimaam (Departemen Pengawasan Urusan Negara)
d. Diwan al-Jund (Departemen Ketentaraan)
e. Diwan al-Mawali wa al-Gilman (Departemen Perburuhan)
f. Diwan al-Barid (Departemen Perhubungan)
g. Diwanal-Rasail (Departemen Urusan Arsip)
h. Diwan al-Ziman al-Nafaqaú (Departemen Pengeluaran Keuangan)
i. Diwan al-Nadhar fi al-Maìalim (Departemen Pembelaan Rakyat Tertindas)
j. Diwan al-Aódas wa al-Šarthah (Departemen Keamanan dan Kepolisian)
k. Diwan al-‘Atha’ wa al-Hawaaij (Departemen Sosial)
l. Diwanal-Aóasyam (Departemen Urusan Keluarga dan Wanita)
m. Diwan al-Akarah (Departemen Umum dan Tenaga Kerja).
Kebijakan-kebijakan politik lainnya adalah .
1. memindahkan ibukota negara dari Damaskus ke Bagdad;
2. memusnahkan keturunan Bani Umayyah;
3. merangkul orang-orang Persia, dalam rangka politik memperkuat diri, Abbasiyah memberi peluang dan kesempatan yang besar kepada kaum Mawali;
4. menumpas pemberontakan-pemberontakan;
5. menghapus politik kasta.

II. Bidang Ekonomi
Sejarah politik mencerminkan bahwa seorang “pembangun” dari satu “negara” dan pengganti-penggantinya di zaman permulaan adalah seorang ekonom dan organisator. Kalau bukan demikian, negara tidak akan terbangun atau tidak akan kuat dasar-dasarnya.
Dalam zaman permulaan Daulah Abbasiyah, pembendaharaan negara penuh berlimpah ruah, uang masuk lebih dari uang keluar. Khalifah Mansur benar-benar telah meletakkan dasar yang sangat kuat bagi perekonomian dan keuangan negara. Salah satu contoh dari keahlian Mansur dalam soal ekonomi dan organisasi serta ketajaman pandangan jauhnya, yaitu pesannya kepada putra mahkotanya, Mahdi. Pada waktu Khalifah Mansur meninggal setelah memimpin negara selama 22 tahun, dalam kas negara tersisa kekayaan sebanyak 810.000.000 dirham. Harun al-Rasyid sebanyak 900.000.000 dirham. Kecakapan Rasyid dalam mengelola kas negara sama dengan kecakapan Mansur, hanya Rasyid lebih banyak mengeluarkan, mungkin karena zaman yang berbeda.
Untuk mengurus keuangan negara, maka dibentuklah Bait al-Mâl, sumber uang yang masuk ke Bait al-Mâl pada saat itu berasal dari :
a. al-Óarraj (Pajak Hasil Bumi)
b. al-Jizyah (Pajak Badan)
c. al-Zakaú (Zakat)
d. al-Fa’i (Rampasan Perang).
Baik Khalifah Mansur ataupun khalifah-khalifah sesudahnya telah membangun perekonomian negara dengan berhasil, baik dalam bidang pertanian, perindustrian ataupun dalam bidang perdagangan.

III. Bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Seni Budaya
Pada masa Daulah Abbasiyah merupakan zaman memasyarakatkan ilmu pengetahuan dalam dunia Islamm. Kebudayaan dan peradaban pada zaman ini berkembang amat pesat. Di zaman ini pula umat Islam telah merambah jalan baru bagi kehidupan akal dan keilmuan yang merupakan mata rantai yang tidak putus dari evolusi kebudayaan. Bermacam-macam buku ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Usaha penerjemahan buku-buku dari bahasa Persia, Yunani, dan Hindu ke dalam bahasa Arab telah dirintis sejak masa pemerintahan al-Mansur. Al-Mansur mempunyai perhatian sangat besar kepada pengembangan ilmu kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu budaya. Pada zamannya, lahirlah beberapa pujangga terkenal diantaranya Ibnu Muqaffa’, penerjemah kitab Kalilah Dawa Dimnah.
Usaha pengembangan ilmu pengetahuan terus dilanjutkan pada masa Khalifah penerusnya, dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun, Khalifah kelima dan ketujuh pada Daulah Abbasiyah. Meskipun penerjemahan karya-karya Yunani telah dirintis sejak masa Bani Umayyah. Tetapi dampak nyata ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dimulai terutama setelah al Ma’mun membentuk tim penerjemahan dan membangun sebuah pusat keilmuan dengan nama Bait al-Hikmaú (Pusat Kebijaksanaan) pada tahun 830 M. Pusat keilmuan ini dilengkapi dengan observatorium bintang dan bintang universitas (Dar al-Ulûm).
Al-Ma’mun memberikan tugas penerjemahan di Bait al-Hikmah kepada : Yahya bin al-Batriq (w. 815 M), Muhammad bin Salam 777 – 839 M), Pemimpin Bait al-Hikmah; Hajjaj bin Yusuf bin Mathar (786 – 833 M), dan penerjemah terkemuka Hunain bin Ishak (809-874 M).
Setelah Hunain bin Ishak, penerjemah penting lainnya adalah anaknya sendiri yaitu Ishak bin Hunain bin Ishak (w. 910 M), segera setelah era penerjemahan dan pendirian sekolah-sekolah ini, lahirlah ilmu-ilmu dari masyarakat Islam sendiri, yan gmemperkaya dan memperjelas karya-karya asing yang telah ada dan yang sama sekali baru. Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang sangat utuh, bukan saja ilmu-ilmu pasti dan kedokteran, melainkan juga mencakup teologi dan keagamaan. Teologi rasional Mu’tazilah yang telah muncul sejak akhir pemerintahan Bani Umayyah, mencapai kematangan konsep-konsepnya, terutama ketika sudah mengalami kontak dengan pemikiran filsafat Yunani, demikian pula Asy’ariyah. Sedangkan dalam pemikiran hukum Islam, muncul imam-imam madzhab yang empat yaitu : Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713 – 795 M), Imam Syafi’i (767 – 820 M), dan Imam Ahmad bin Hambal (780 – 855 M). Demikianlah dalam masa Daulah Abbasiyah, berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal, yaitu kebudayaan Persia, kebudayaan Yunani, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.
Sedangkan perhatian para Khalifah Abbasiyah terhadap seni budaya sangat besar, yaitu mencakup sya’ir-sya’ir, seni musik, arsitektur, kaligrafi, penjilidan buku, dan lain-lain. Dalam bidang sya’ir yang terkenal di antaranya adalah : Ibnu Muqaffa’, Abu Nawas (wafat sekitar 803 M) keturunan Persia yang hidup sezaman dengan Khalifah Harun al-Rasyid, kemudian Bashshar bin Bard dan lain-lain. Sednagkan dalam bidang arsitektur, Khalifah Abbasiyah membangun istana-istana, masjid-masjid yang indah, tempat peristirahatan, dan lain sebagainya. Selain dari pada itu dalam bidang seni kaligrafi, Abbasiyah mencatat beberapa nama besar diantaranya : Ibnu Muqlah bin Bawwab, dan Yaqut al-Musta’shim. Ibnu Muqlah merumuskan metode penulisan kaligrafi yang dipakai sampai sekarang.
Pusat kegiatan ilmu yang terpenting pada zaman ini antara lain adalah :
1. Hijaz, Makkah, dan Madinah, menjadi pusat kegiatan ilmu Hadits dan Fiqh.
2. Iraq, kota-kota Iraq dalam zaman ini terkenal sebagai pusat kegiatan segala macam ilmu, seperti : Tafsir, hadits, fiqh, bahasa, sejarah, ilmu kalam, falsafah, ilmu alam, ilmu pasti, musik dll.
3. Mesir, kota Fistat di Mesir mempunyai peranan sangat besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan masjid Amr bin ‘Ash menjadi pusatnya.
4. Syria: masjid Damaskus sebagai pusat ilmu, Damaskus, Halab dan Beirut, berkembang bermacam-macam ilmu dengan ciri khas masing-masing, seperti di Beirut dikaji hukum internasional termasuk hukum Romawi.
5. Isfahan, Istana Bani Buwaihi di Isfahan merupakan pusat para ulama, sarjana dan pujangga, di sini ilmu dikembangkan di seluruh negeri. Dan juga kota Bukhari yang menjadi istana bani Buwaihi, juga sebagai pusat ilmu.
6. Thabristan : Istana Amir Thabristan Qabus bin Wasymakir yang terletak di tepi laut Qazwin juga sebagai pusat ilmu.
7. Ghaznah : Sultan Mahmud Ghaznah adalah raja yang sangat mementingkan ilmu pengetahuan.
8. Hataib Saifud Daulah menjadikan istananya tempat pertemuan para ulama, sarjana dan pujangga.
9. Istana Ibnu Thulun, zaman ibnu Thulun di Mesir, terkenal dengan sejumlah ulama Muahdditsin, ahli sejarah, pengarang, penya’ir, Masjid Amr bin ‘Ash dan Masjid Ibnu Thulun menjadi pusat ilmu.
Sebelum Dinasti Abbasiyah, pusat dunia Islam selalu bermuara pada masjid. Masjid dijadikan centre of education. Pada dinasti Abbasiyah inilah mulai adanya pengembangan keilmuan dan teknologi diarahkan kepada ma’had. Lembaga ini kita kenal ada dua tingkat yaitu:
1. Maktab/kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terrendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, menghitung dan menulis serta anak remaja melajar dasar-dasar ilmu keagamaan.
2. Tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin mendalami ilmu pengetahuannya pergi keluar daerah atau ke mesjid-mesjid bahkan ke rumah-rumah gurunya .
Pada perkembangan selanjutnya mulailah dibuka madrasah-madrasah yang dipelopori Niamul Muluk yang memerintah pada tahun 456-485 H. lembaga inilah yang kemudian berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah. Nizamul muluk merupakan pelopor pertama yang mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada seperti sekarang ini dengan nama madrasah. Madrasah ini dapat ditemukan di Bagdad, Balkan, Naishabur, Hara, Isfahan, basrah, mausil dan kota-kota lainnya. Madrasah yang didirikan ini mulai dari tingkat rendah, serta meliputi segala bidang ilmu pengetahuan .
Selain itu, ada beberapa kemajuan teknologi (sains), diantaranya .
1. Astronomi, ilmu ini melalui karya India Sindhid kemudian diterjemahkan oleh Muhammad Ibnu Ibrahim al-Farazi (777 M). Ia adalah astronom muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur ketinggian bintang. Di samping itu, masih ada ilmuwan-ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali ibnu isa Al-Asturlabi, Al-Farghani, Al-Battani, Umar Al-Khayyam dan Al-Tusi.
2. Kedokteran, pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah Ali ibnu Rabban Al-Tabrani. Pada tahun 850 ia mengarang buku Firdaus al-hikmah. Tokoh lainnya adalah Al-Razi , Al-Farabi dan Ibnu Sina.
3. Ilmu Kimia. Bapak ilmu kimia Islam adalah Al-Jabir ibnu Hayyan (721-815). Sebenarnya banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti Al-Razi, al-Tuqrai yang hidup pada abad ke 12 M.
4. Sejarah dan geografi. Pada masa Abbasiyah sejarawan ternama abad ke-3 H adalah Ahmad bin Al-yakubi , Abu jafar Muhammad bin Jafar bin Jarir Al-Tabari. Kemudian ahli ilmu bumi yang termasyhur adalah Ibnu Khurdazabah (820-913 M).
Sementara itu menurut DR. Jaih Mubarok, ada beberapa usaha yang dilakukan oleh khalifah dan ulama dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu agama .
1. Bait al-hikmaú: Perpusatakaan, penerjamahan dan observatium
2. Berkembangnya beberapa ilmu agama (Kalam Mu’tazilah, Hadits dan Fiqih)

D. Faktor-faktor Pendorong Kemajuan Daulah Abbasiyah
1. Faktor Ekstern :
 Sistem politik pemerintahan Bani Umayyah yang didasarkan atas golongan, suku, keluarga dan kawan. Juga penindasan terus-menerus terhadap pengikut Ali r.a. khususnya dan terhadap Bani Hasyim pada umumnya.
 Menganggap rendah terhadap kaum Muslimin yang bukan bangsa Arab dari penguasa Bani Umayyah sehingga tidak memberikan kesempatan dalam pemerintahan.
 Pelanggaran terhadap ajaran-ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia secara terang-terangan. Serta gaya hidup mewah dan berfoya-foya di kalangan penguasa Bani Umayyah dan pembesar-pembesarnya.
2. Faktor Intern :
 Faktor ekonomi yang stabil membawa dampak kepada tumbuhnya kemakmuran rakyat dan kekayaan negara yang kian melimpah membawa berkah tersendiri bagi perkembangan dan kemajuan Bani Abbasiyah dalam segala bidang.
 Politik yang stabil dan administrasi kenegaraan yang kian rapi dan teratur membawa kepada keteraturan, baik dalam taraf perundang-undangan maupun dalam menuntun rakyat secara semesta. Sementara itu, masing-masing pejabat negara dapat menjalankan tugasnya dengan administrasi yang teratur.
 Pertahanan dan keamanan yang handal, yang didukung oleh kekuatan militer yang kuat, yang dapat melindungi negerinya terhadap ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.
 Aspek keilmuan yang kian berkembang membawa begitu cemerlangnya dan tenarnya kerajaan atau kekhalifahan Daulah Bani Abbasiyah, sehingga populer ke seluruh belahan Dunia. Hal ini mengindikasikan adanya peran para ulama dan ilmuwan yang cukup besar dalam memberikan andil bagi kemajuan sebuah negeri Abbasiyah yang kian menjadi adikuasa.

E. PENUTUP
Masa Daulah Abbasiyah merupakan salah satu cerminan masyarakt zaman keemasan dalam Islam. Kemajuan peradaban baik dari aspek politik, sosial, ekonomi, maupun budaya, dan agama dikarenakan usaha pa ra Khalifah untuk membangun dan memajukan pemerintahannya serta dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern.
Pada zaman keemasan ini mestinya yang harus kita jadikan cerminan, bahwa peradaban Islam sebenarnya bisa maju apabila memang masyarakat ingin maju dan menerapkan keberagaman Islam dengan benar. ***

0 komentar: